Pernah baca tulisan AA Navis yang berjudul "Robohnya Surau Kami" belum? Kalau nggak salah tulisan itu waktu dipublikasikan tahun 1957 (??) sempat bikin polemik besar di Indonesia. Masalahnya AA Navis menulis tentang problem yang dihadapi orang Indonesia yang bernama Haji Soleh di akhirat.... Ya akhirat...., suatu fase dalam siklus perjalanan hidup manusia sesuai ketetapanNya. Dan fase ini hanya diyakini oleh orang - orang yang beriman kepadaNya... Walaupun cuma sekedar fiksi, namun fiksi ini (mungkin) dirasa terlalu 'maju' buat orang Indonesia saat itu dan mungkin sampai saat ini.. sehingga membuat polemik...
Singkatnya H. Soleh yang di dunia dikenal soleh itu ditetapkan masuk neraka olehNya. Sudah barang tentu dia protes keras... Lho gimana nih Tuhan, sudah semua yang tercantum dalam ajaran agama dikerjakan kok tetap masuk neraka...... Alih - alih protes diterima malah vonis masuk neraka diperkuat lagi dalam sidang Peninjauan Kembali di majelisNya.. Selidik punya selidik yang diperoleh dari info para malaikat, Haji Soleh masuk neraka karena ibadahnya hanya untuk kepentingan dirinya sendiri alias egois...., biar dirinya aman dalam pertanggungjawaban pada Tuhan (baca : biar bisa masuk surga), sehingga dia tidak peduli pada orang dan lingkungan sekitarnya (baca : anak, istri, teman, tetangga, binatang, pohon, alam dll)....
Kalau kita pikir..... rasanya realitas ibadah Haji Soleh banyak kita temui dalam kehidupan di sekitar kita, atau mungkin ada pada diri kita sendiri????? Salah satu alasannya, kesadaran beragama masyarakat Indonesia saat ini semakin berkembang, rumah ibadah setiap saat bertambah, baik dari segi jumlah maupun kemegahannya... Acara - acara seremonial yang berbau keagamaan juga meriah dirayakan di mana - mana.... Bahkan di daerahku, disepanjang jalan banyak dipampang tulisan - tulisan yang bernafaskan agama.... Dan masih banyak lagi ciri - ciri lainnya....
Dengan realitas seperti itu seharusnya konflik horisontal tidak pernah terjadi di Indonesia, kemiskinan ditangani dengan serius, pembangunan merata di semua sektor, arogansi kekuasaan tidak pernah terdengar, hukum ditegakkan dan tidak mungkin dibeli, uang tidak dijadikan alat kekuasaan, toleransi sosial dijunjung tinggi, DPR dan pemerintah bekerjasama membangun negara, korupsi haram dilakukan, kolusi dan nepotisme nggak ada dalam pikiran .... dan masih banyak lagi yang susah kusebutin satu - satu......
Tapi kenapa yang terjadi justru sebaliknya????? Pertanyaan yang harus kita jawab bersama adalah : Apakah ibadah kita sudah benar - benar meresap sampai kehati??? atau hanya sekedar seremonial semata??? Kita sendiri yang bisa menjawab secara jujur pertanyaan itu. Tapi rasa - rasanya kita terlambat belajar dari AA Navis, yang sudah mengingatkan kita lebih dari 50 tahun yang lalu....
Anda punya pandangan lain??? saya tunggu tanggapannya.....
Selasa, 22 April 2008
Langganan:
Postingan (Atom)