Tulisan ini ingin aku dedikasikan untuk (almarhum) Bapak…
Yang dari beliau aku belajar tentang arti sebuah makna, ‘sederhana…..’
Bapak…. dirimu memang telah lama pergi, lebih 14 tahun yang lalu…
Tapi kenangan tentangmu…..bayangan sosokmu….. tetap ada di hatiku, di hati ibu, di hati mbak Luky dan dek Pipit, di hati kami semua, orang – orang yang dekat denganmu….. doa kami untukmu, akan selalu bergema di hati…..sampai kami menyusulmu….
Posting ini mungkin agak lain dari tulisan – tulisan yang pernah aku posting sebelumnya, kalau sebelumnya aku lebih ingin menulis tentang realitas yang kutemui sehari – hari di sekitarku, di tulisan ini aku ingin menulis tentang kenangan indah yang ada di benakku dan aku juga yakin, ada di benak ibu dan kedua saudaraku, kenangan tentang (almarhum) bapakku, pendamping ibuku, bapak kami bertiga…. Namun ada intisari yang ingin aku ungkap disini, yaitu tentang arti sebuah kesederhanaan…. Tentunya sebatas kemampuanku memahami dan mengungkapkannya….
Bapak dipanggil keharibaanNya saat aku berumur 21 tahun, saat aku masih kuliah tingkat II dan belum bisa berbuat apa – apa, selain belajar…. itupun masih malas – malasan….Saat itu aku merasa dunia jadi gulita, hanya hampa yang terasa di hati…..
Waktu itu, bayangan yang ada di anganku, hanya sebuah rumah tua, yang tiang utamanya telah roboh…..
Namun sang waktu harus tetap berputar, kehidupan harus tetap berjalan, siang dan malam harus tetap datang silih berganti, dengan atau tanpa bapak di sisiku, disisi kami berempat……
Sejalan dengan berlalunya waktu, kesadaran – kesadaran tentang nasihat dan perilaku bapakku semakin sering muncul di benakku, sesuatu yang dulu, saat beliau masih ada, seperti angin lalu saja bagiku…. Memang, aku (dan mungkin kita???) kadang sering terlambat memahami sesuatu pada waktu yang seharusnya, sehingga hanya penyesalan di akhir cerita yang akan kita temui…..
Dulu, di masa hidupnya, kesenangan bapak hanya olahraga dan makan enak (enak dalam versi kami, orang kampung yang hidup pas – pasan : tempe/tahu , sayur lodeh, sambal trasi dan kadang – kadang ikan atau daging…..). Seluruh hidupnya dibaktikan untuk membahagiakan anak istrinya, baju yang dimilikinya bisa dihitung dengan jari, apalagi sepatu… mungkin tak ada dipikirannya untuk memiliki sepatu lebih dari satu pasang…….Kata - kata yang selalu terngiang – ngiang di telingaku adalah, “Nak, bapak dan ibu hanya bisa membekali hidupmu dengan ilmu, karena kami tak punya harta untuk dibagi…. manfaatkanlah kesempatan yang kami usahakan untukmu sebaik – baiknya, belajarlah dengan tekun dan hidup rukunlah dengan saudaramu…..” Ya… kata – kata itu masih terngiang jelas di telingaku, seolah baru kemarin aku mendengarnya…..
Saat itu senyum dan sapa selalu melekat di kesehariannya, sehingga hampir semua orang di kampungku dan sepanjang perjalanannya dari rumah ke kantor mengenalnya, walau mungkin hanya sebatas tegur sapa….
Dalam hidupnya, Bapak tidak memiliki dompet dan jarang memegang uang, beliau hanya punya tempat yang menyerupai dompet untuk menyimpan SIM dan STNK kendaraannya. Seluruh gaji yang diperolehnya diserahkan semuanya pada ibu, ya…. bapak mempercayakan sepenuhnya keuangan keluarga pada ibu….
Satu perilaku sederhana (yang menurutku mulia), yang baru sepenuhnya kusadari setelah kepergiannya adalah sopan santun dalam segala tindak – tanduknya, salah satu contohnya adalah tidak pernah sekalipun dalam hidupnya, aku menemui bapak duduk (walau sedang santai) sambil mengangkat salah satu kaki untuk ditumpangkan di kaki lainnya (Jawa = Jegang). Sementara aku......?????
Kesederhanaannya dalam menjalani hidup, dan mungkin dalam berpikir untuk menyiasati masalah kehidupan, seolah menggambarkan menyatunya kesederhanaan jiwa dan raganya. Beliau pasrah (Jawa : Sumeleh) atas takdir yang harus dijalaninya, yang ditunjukkan dengan keiklasannya bekerja keras untuk menghidupi keluarganya….
Saat memasuki masa pensiun, Bapak membuat kandang ayam yang direncanakan untuk mengisi hari – hari barunya sekaligus untuk mencari sumber ekonomi baru. Di depan kandang – kandang yang baru dibuat, Bapak berdoa dengan menggumam , “Ya Allah, ijinkahlah Engkau memberi aku umur panjang, agar aku bisa melihat anak – anakku menyelesaikan sekolahnya, agar aku bisa melihat mereka jadi orang…..” Gumaman itu aku dengar dari cerita ibu setelah bapak pergi untuk selamanya…
Tapi doa itu tak pernah dikabulkanNya, karena Dia punya rencana lain untuk bapak….. Sebulan kemudian, saat bapak sedang menaiki sepeda kesayangannya… stroke datang menyapa bapak……dan cuma perlu waktu sepuluh hari untuk mengantar bapak keharibaanNya, sebuah proses kepergian yang sederhana……………….
Selamat jalan Bapak….. setidaknya kami sudah bisa menggunakan bekal yang engkau berikan untuk mengarungi rimba kehidupan ini…. Doa kami untukmu, akan selalu bergema di hati…..sampai kami menyusulmu….
Jumat, 16 Mei 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Sebagai anak yang berbakti hendaknya kita senantiasa berdoa untuk ibu bapak kita.
"Apabila anak Adam wafat putuslah amalnya kecuali tiga yaitu sodaqoh jariyah, pengajaran dan penyebaran ilmu yang dimanfaatkannya untuk orang lain, dan anak yang mendoakannya". (HR. Muslim)
Di antara doa-doa untuk orang tua yang tercantum dalam Al Qur’an adalah sebagai berikut:
Robbirhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo
“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” [Al Israa’:24]
Robbighfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
Sumber:www.media-islam.or.id/2008/03/06/doa-untuk-ibu-bapak-orang-tua/
Smoga bermanfaat buat kita semua.
Edhoy
Mas Indra aku baca tulisan kamu, saya sangat terharu begitu halus perasaanmu dan berbakti sama orang tua.
kedua orang tuaku emang masih lengkap tapi sosok bapak mas indra yang digambarkan dalam tulisan itu dalam kesederhanaan dan dalam kehidupan keluarga yang damai dan iklas dalam menerima kondisi, situasi, serta rezeki yang diberikan Allah, hal ini sangat susah bagi kita terutama saya yang hidup di kota besar dalam berprilaku sabar, iklas, tawakal, dan sederhana. Terutama sabar dan Iklas.
Dilain hal dari cerita di atas juga teringat masa kecil kita 23 tahun yang lalu sewaktu kita bersama-sama , saya orang yang mudah terharu jika mengingat kenagan-kenagan lama serta sahabat-sahabat lama.
Syanuar
Posting Komentar