Minggu, 10 Januari 2010

Tak Mau Disemprit? Kenali UU Lalu Lintas Baru!

Tulisan dengan judul di atas dikutip dari www.kompas.com tanggal 11 Januari 2009, sebagai informasi tambahan kita dalam berlalu lintas. Selengkapnya silahkan dibaca :

Mulai bulan Januari 2010 ini, UU Lalu Lintas Nomor 22 tahun 2009 akan efektif berlaku, menggantikan UU Nomor 14 tahun 1992. Banyak peraturan baru yang harus dicermati, jika tak mau “disemprit” ketika berkendara. Sebab, hingga saat ini tak sedikit yang mengetahui aturan-aturan baru yang diberlakukan UU ini. Sanksi pidana dan denda bagi para pelanggarnya pun tak main-main. Jika dibandingkan UU yang lama, UU Lalu Lintas yang baru menerapkan sanksi yang lebih berat. Berikut ini beberapa hal yang sebaiknya diketahui oleh para pengguna kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat/lebih :

Kenakan helm Standar Nasional Indonesia (SNI)
Jangan lagi kenakan helm “batok”. Gunakanlah helm SNI. Selain karena alasan keselamatan, menggunakan helm jenis ini sudah menjadi kewajiban seperti diatur dalam pasal 57 ayat (2) dan pasal 106 ayat (8). Sanksi bagi pelanggar aturan ini, pidana kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp250.000 (pasal 291). Sanksi yang sama juga akan dikenakan bagi penumpang yang dibonceng dan tidak mengenakan helm SNI.

Pastikan perlengkapan berkendara komplit!
Bagi para pengendara roda empat atau lebih, coba pastikan kelengkapan berkendara Anda. UU Lalu Lintas No 22 tahun 2009, dalam pasal 57 ayat (3) mensyaratkan, perlengkapan sekurang-kurangnya adalah : sabuk keselamatan, ban cadangan, segitiga pengaman, dongkrak, pembuka roda, helm dan rompi pemantul cahaya bagi pengemudi kendaraan bermotor roda empat/lebih yang tak memiliki rumah-rumah dan perlengkapan P3K. Bagaimana jika tak dipenuhi? Sanksi yang diatur bagi pengendara yang meyalahi ketentuan ini, akan dikenakan pidana kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp250.000, seperti diatur dalam pasal 278

Tak punya SIM? Denda Rp1 Juta!
Ketentuan yang satu ini, mungkin harus menjadi perhatian lebih. Jika selama ini denda bagi pengendara yang tak punya SIM hanya sekitar Rp20.000, UU Lalu Lintas yang baru tak mau memberikan toleransi bagi pengendara yang tak mengantongi lisensi berkendara. Sanksi pidana maupun denda yang diterapkan tak lagi ringan. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan dan tidak memiliki SIM, akan dipidana dengan pidana kurungan empat bulan atau denda paling banyak Rp1.000.000 (pasal 281).

Konsentrasi dalam berkendara
Pasal 283 UU Lalu Lintas mengatur, setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi, dipidana dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan kurungan atau denda paling banyak Rp750.000

Perhatikan pejalan kaki dan pesepeda
Para pengendara baik roda dua maupun roda empat/lebih harus mengutamakan keselamatan pejalan kaki dan pesepeda. Bagi mereka yang tidak mengindahkan aturan pasal 106 ayat (2) ini, dipidana dengan pidana kurungan paling lama dua bulan atau denda paling banyak Rp500.000

Lengkapi kaca spion, dan lain-lain
- Pengemudi sepeda motor
Diwajibkan memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot dan kedalaman alur ban (diatur pasal 106 ayat (3)). Sanksi bagi pelanggarnya diatur pasal 285 ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp250.000.

- Pengemudi roda empat/lebih
Bagi pengendara roda empat/lebih, diwajibkan memenuhi persyaratan teknis yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu mundur, lampu tanda batas dimensi badan kendaraan, lampu gandengan, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, kedalaman alur ban, kaca depan, spakbor, bumper, penggandengan, penempelan dan penghapus kaca. Pasal 285 ayat (2) mengatur, bagi pelanggarnya akan dikenai sanksi pidana paling lama dua bulan kurungan atau dendan paling banyak Rp500.000.

STNK, jangan lupa!
Setiap bepergian, jangan lupa pastikan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor sudah Anda bawa. Kalau kendaraan baru, jangan lupa membawa Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor yang ditetapkan Polri. Jika Anda alpa membawanya, sanksi kurungan paling lama dua bulan atau denda paling banyak Rp500.000 akan dikenakan bagi pelanggarnya (pasal 288 ayat (1)).

SIM harus yang sah ya…
Pasal 288 ayat (2) mengatur, bagi setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi yang sah dipidana dengan pidana kurungan paling lama satu bulan dan/atau denda paling banyak Rp250.000.

Pengemudi atau penumpang tanpa sabuk pengaman, sanksinya sama
Ini harus jadi perhatian bagi pengemudi mobil dan penumpangnya. Jangan lupa mengenakan sabuk pengaman selama perjalanan Anda. Selain untuk keselamatan, juga untuk menghindari sanksi pidana kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp250.000 seperti diatur pada pasal 289.

Nyalakan lampu utama di malam hari
Saat berkendara pada malam hari, pastikan lampu utama kendaraan Anda menyala dengan sempurna. Bagi pengendara yang mengemudikan kendaraannya tanpa menyalakan lampu utama pada malam hari, dipindana dengan pidana kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp250.000 (pasal 293).

Wajib nyalakan lampu di siang hari
Para pengendara motor yang berkendara pada siang hari diwajibkan menyalakan lampu utama. Sekarang, sudah bukan sosialisasi lagi. Bagi pelanggarnya akan dipidana dengan pidana kurungan paling lama lima belas hari atau denda paling banyak Rp100.000

Berbelok, berbalik arah, jangan lupa lampu isyarat!
Setiap pengendara yang akan membelok atau berbalik arah, diwajibkan memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau isyarat tangan. Jika melanggar ketentuan ini, pasal 284 mengatur sanksi kurungan paling banyak satu bulan atau denda Rp250.000

Jangan sembarangan pindah jalur
Para pengemudi yang akan berpindah jalur atau bergerak ke samping, wajib mengamati situasi lalu lintas di depan, samping dan dibelakang kendaraan serta memberikan isyarat. Jika tertangkap melakukan pelanggaran, akan dikenai sanksi paling lama satu bulan kurungan atau denda Rp250.000 (pasal 295)

Stop! Belok kiri tak boleh langsung
Ini salah satu peraturan baru dalam UU Lalu Lintas yang baru. Pasal 112 ayat (3) mengatur, pengemudi kendaraan dilarang langsung berbelok kiri. Bunyi pasal tersebut “Pada persimpangan jalan yang dilengkapi dengan alat pemberi isyarat lalu lintas, pengemudi kendaraan dilarang langsung berbelok kiri, kecuali ditentukan lain oleh rambu lalu lintas atau pemberi isyarat lalu lintas”.

Balapan di jalanan, denda Rp3 juta!
Pengendara bermotor yang balapan di jalan akan dikenai pidana kurungan paling lama satu tahun atau denda paling banyak Rp3.000.000 (pasal 297)

Sesuaikan jalur dengan kecepatan
Ketentuan mengenai jalur atau lajur, merupakan salah satu ketentuan baru yang dimasukkan dalam UU Lalu Lintas Nomor 22 tahun 2009, yang diatur dalam pasal 108. Agar menjadi perhatian, selengkapnya bunyi pasal tersebut adalah :
(1) Dalam berlalu lintas pengguna jalan harus menggunakan jalur jalan sebelah kiri
(2) Penggunaan jalur jalan sebelah kanan hanya dapat dilakukan jika :
a. pengemudi bermaksud akan melewati kendaraan di depannya; atau
b. diperintahkan oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk digunakan sementara sebagai jalur kiri
(3) Sepeda motor, kendaraan bermotor yang kecepatannya lebih rendah, mobil barang, dan kendaraan tidak bermotor berada pada lajur kiri jalan.
(4) Penggunaan lajur sebelah kanan hanya diperuntukkan bahi kendaraan dengan kecepatan lebih tinggi, akan membelok kanan, mengubah arah atau mendahului kendaraan lain.

Aturan-aturan baru yang diterapkan di UU Lalu Lintas yang baru ini, harus menjadi perhatian bagi para pengendara. Selain demi keselamatan, tentunya juga untuk menghindari merogoh kocek cukup dalam karena ditilang. Sanksi denda yang dikenakan lumayan besar jika dibandingkan dengan UU yang lama. Selamat berkendara!!

Minggu, 19 Juli 2009

Memaknai Gelisah

Dalam menjalani kehidupan, banyak hal yang harus kita alami, rasakan dan tentunya harus kita lalui. Karena apapun yang kita temui dalam hidup, baik itu berupa halangan kesusahan maupun jalan lapang kesenangan, hidup harus tetap berjalan, “the show must go on”. Sebab lika liku kehidupan adalah sebuah jalan panjang yang sudah ditetapkanNya dan harus dijalani oleh manusia. Tulisan ini sekedar refleksi atas pengalaman kehidupan yang sedang aku jalani, aku alami, aku rasakan dan harus aku lalui…

Sejak masa remaja dulu, aku sering disergap rasa gelisah yang datang tiba – tiba, gelisah itu datang seenaknya tanpa pernah mau kompromi aku sedang perlu ini itu, efek dari rasa gelisah itu sudah barang tentu sangat merugikan dan membuat rasa yang tak nyaman dalam setiap helaan nafasku… Bahkan saat itu orang tuaku merasa perlu mengkonsultasikan apa yang kualami itu dengan seorang psikiater. Diskusi dengan psikiater dan sedikit bantuan obat penenang memang lumayan membantu menangkal rasa gelisah yang ada, tapi itu hanya sementara, bukan sebuah solusi permanen untuk menghilangkan rasa gelisah yang selalu menghantui hidupku… Perlu solusi lain yang tidak sekedar bersifat sementara…

Sampai saat ini, saat aku sudah tergolong sebagai manusia dewasa, dengan beban tanggung jawab sebagai kepala keluarga yang sudah teronggok di pundakku, kadang – kadang gelisah itu tetap datang menyapaku… Namun kini aku sudah tahu cara menghadapinya, aku sudah cukup paham cara menyapa kedatangannya….. Ya, sejak beberapa tahun yang lalu, aku sudah belajar memaknai kedatangan rasa gelisah itu. Kini kedatangannya selalu kuanggap sebagai peringatan untuk mengingat keberadaanNya… Saat rasa gelisah datang menghantui nyenyaknya tidur malamku, sehingga aku terjaga, aku memaknainya sebagai sebuah undangan untuk mendirikan sholat malam. Jika gelisah datang di saat kesibukan harianku, aku memaknai sebagai peringatan untuk selalu menyebut dan mengingat namaNya dalam hati… Langkah – langkah sederhana yang kusebutkan di atas adalah obat yang sangat mujarab dalam menghadapi rasa gelisah sekaligus kunci utamaku, dalam menjaga langkah agar tetap ada di jalanNya…..

Minggu, 26 April 2009

Manusia Bentuk dan Manusia Isi

Ini sekedar tulisan tentang hasil pengamatan atas sikap dan perilaku manusia dalam kehidupan sehari – hari, perilaku saya, perilaku anda, perilaku kita semua… Tanpa pernah kita pikirkan dan sadari, tampaknya perilaku manusia cenderung mencerminkan pada salah satu dari dua kategori versi manusia ini. Namun demikian masih diperlukan kajian mendalam atas dua kategori buatan saya ini, karena ini hanya hasil pengamatan sepintas disela – sela rutinitas harian saya, yang sudah barang tentu sangat dangkal dan (mungkin) tidak obyektif.


Manusia Bentuk

Kategori manusia ini cenderung enak dipandang bentuk luarnya. Dia keren, baik, ramah, sholeh/beriman, pintar memikat dan menyenangkan orang, penuh janji manis dan segudang predikat kebaikan lainnya. Fenomena manusia bentuk ini beberapa waktu lalu banyak kita temui di poster – poster, iklan koran, iklan televisi dan radio, kampanye parpol dll saat menjelang pemilu legislatif kemarin, yang mana semuanya mengklaim sebagai manusia baik hati…. Namun apakah bentuk luar yang memikat dan sarat kebaikan itu sama indahnya dengan isi hatinya? Wallahualam… hanya diri kita sendiri yang tahu apa yang ada di hati kita….

Dalam beberapa kesempatan aku sering melihat, manusia – manusia kategori ini, ketika sedikit tersinggung harga dirinya langsung marah tak tahu arang, bahkan dalam sidang – sidang korupsi hasil tangkapan KPK, para terdakwa kategori manusia bentuk ini masih sanggup menyitir ayat – ayat Tuhan untuk membela dirinya walau bukti – bukti jelas menunjukkan kalau mereka bersalah. Manusia seperti ini (mungkin) mirip dengan ciri manusia munafik.

Manusia Isi

Kadang – kadang manusia kategori ini sering dipandang sebelah mata oleh sebagian besar orang. Ini semata – mata karena manusia isi adalah manusia yang tidak suka memamerkan apa yang ada di dirinya, dia tidak suka memperlihatkan apa yang dimilikinya, dia cenderung rendah hati dan pintar menyembunyikan keberadaan dirinya. Baginya suatu perbuatan semata – mata dilakukan untuk kebaikan dirinya, sesamanya dan lingkungan sekitarnya. Dia tidak perlu puja – puji dari sesama manusia, dia hanya ingin menjalankan perintah Tuhannya untuk berbuat baik pada sesama manusia dan lingkungan sekitarnyaya. Manusia jenis ini adalah manusia yang taat dan patuh pada ajaran agamanya, pada perintah Tuhannya, tanpa riya dan tanpa pamrih apapun kecuali keinginan untuk mendapatkan ridlo Tuhan…

Pertanyaannya sekarang adalah…., termasuk dalam kategori manusia yang manakah diri kita? Hanya kita dengan kejujuran yang ada dihati sajalah yang bisa menjawabnya….



Sabtu, 14 Maret 2009

Fenomena Facebook di Sekeliling Kita….

Saat ini trendsetter di jagad maya sedang didominasi oleh kegilaan pada Facebook.com. Situs jejaring sosial besutan anak muda brillian : Zuckerberg serta dua orang kawannya Dustin Moskovitz dan Chris Hughes saat mereka bertiga kuliah di Harvard University tahun 2004 yang lalu. Diperkirakan lebih dari seratus juta warga dunia kini keranjingan dengan jaringan sosial dunia maya tersebut. Lewat situs ini pertemanan lintas dunia dapat dilakukan dan yang terpenting bisa bertemu dengan kawan lama atau mantan pacar yang sudah lama berpisah saat sekolah dulu.

Menurut pakar teknologi informasi, Dr. Linda M. Gallant Asisten Profesor dari Emerson College, Boston, melejitnya Facebook disebabkan :” Situs internet umumnya menyajikan informasi dan para penjelajahnya hanya menerima apa adanya. Sekarang ini para penjelajah ingin berpartisipasi sebagai pengisi situs dan Facebook memenuhi syarat itu.”

Terlepas dari gaung kehebatan Facebook yang mendunia itu, aku tergelitik untuk sedikit mengamati perilaku para Facebooker dalam memanfaatkan situs ini, terutama ketika berinteraksi dengan koleganya sesama Facebooker.

Di Facebook, komentar biasanya diberikan pada tulisan di kolom status, di wall dan foto – foto yang diupload oleh penggunanya. Tulisan di kolom status ini biasanya menggambarkan keadaan atau keberadaan si Facebooker di suatu tempat, wall untuk saling tegur sapa secara terbuka di antara teman – teman yang ada dan foto adalah tempat saling mengenal wajah kawan – kawan yang ada….

Tapi jika kita jeli mengamati, kolom tulisan di status ataupun wall dan foto – foto yang diupload tampaknya lebih banyak yang menggunakan untuk (maaf) memperlihatkan pencapaian status sosial yang sudah diraih…. misalnya orang yang sudah pernah keluar negeri akan lebih cenderung untuk mengupload fotonya saat berdiri di depan menara Eiffel, di tepi tembok China, di pusat perbelanjaan Tokyo, di jantung kota London dll daripada fotonya saat berada di kawasan tempat tinggalnya atau kawasan wisata dalam negeri. Kalaupun harus mengupload foto di dalam negeri minimal di tempat – tempat mewah seperti hotel, mall atau yang sejenisnya, sehingga pencapaian status sosialnya jelas terlihat… Demikian juga dengan penulisan di kolom status ataupun wall terkadang menggambarkan keberpihakan pada ketinggian pencapaian status sosial atau kemewahan, meskipun tidak semuanya berlaku demikian…

Jika demikian adanya, rasanya Facebook di negeri ini cuma cocok jadi tempat berinteraksinya orang – orang yang sudah sukses saja dan kurang sesuai buat orang yang masih “terengah – engah” menggapai asa kehidupan. Bagi sebagian Facebooker yang masih mengandalkan warnet dan belum punya pengalaman di luar negeri atau di tempat mewah lainnya (seperti saya misalnya) , anda (mungkin) harus cukup puas untuk sekedar mengagumi “keberhasilan materi” teman – teman anda…

Apa emang harus demikian? Semoga hasil pengamatan saya ini tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya…. Anda punya pendapat???

Minggu, 08 Maret 2009

Terkikisnya Keluhuran Budaya Kita...

Tulisan ini sekedar sesuatu yang mengganjal di hatiku, sesuatu yang seolah hilang dari keseharian kita, keseharian anak muda, generasi penerus bangsa ini, bangsa Indonesia.... Negeri kita Indonesia, dikenal sebagai negeri yang kaya raya dan dihuni oleh bangsa yang ramah. Pesona keramahtamahan bangsa Indonesia merupakan salah satu magnet pemikat bangsa - bangsa lain di dunia untuk sekedar berkunjung wisata, bekerjasama bahkan di jaman dahulu juga memikat mereka untuk menjajah kita...

Namun sekarang, di era modern ini, dimana budaya luar sudah mulai mencampuri budaya kita, keramahtamahan itu seolah sudah mulai luntur, segala sesuatunya sudah mulai berbau komersial. Ucapan terima kasih yang dulu serasa tulus di hati, sekarang sekedar hanya penghias bibir penyerta transaksi, kata maaf yang dulu indah didengar menyentuh hati , sekarang seolah sangat mahal harganya, dan tak tertinggal senyum tulus yang dulu jadi penghias bibir manusia - manusia Indonesia yang indah dan penuh makna, kini jadi senyum kosong yang tanpa makna...

Jika keterkikisan budaya ini kita biarkan begitu saja, bahkan kita jadi pengikutnya, sudah dapat dibayangkan apa yang akan terjadi di kemudian hari... Kita akan jadi bangsa yang kaku dan beku, kita hanya akan jadi robot - robot industri yang tanpa makna. Bukankan ini sesuatu yang ambigu?? Bangsa Indonesia yang dulu dikenal ramah jadi kaku dan beku, sedangkan Singapura yang dulu kaku dan Beku berkat Lee Kuan Yew dengan programnya "Smile Please" di awal kekuasannya kini jadi bangsa yang tersenyum...

Ah, rasanya aku jadi lelah memikirkan ini semua, atau memang bukan kapasitas saya untuk memikirkan yang seperti ini??? Karena (mungkin) hanya manusia pemimpin sekelas Lee Kuan Yew yang mampu memikirkan ini??? Bagaimana pendapat anda??

Kamis, 26 Februari 2009

Tulisan Harun Yahya

Dalam dua bulan ini secara berturut - turut 2 orang di kantorku pergi menghadapNya secara mendadak. tanggal 17 Januari 2009 lalu John Tumpak Sinaga (staff Accounting) dan tanggal 21 Februari 2009 kemarin pak Leong Wee Kuan (VP Engineering). Keduanya masih tampak segar di kantor satu hari sebelumnya dan tidak ada tanda - tanda aneh sebelum kepergian mereka berdua. Dari 2 peristiwa itu aku ingin mengajak diriku dan (mungkin) temen - temen yang kebetulan baca Blogku untuk merenung tentang kematian itu, sesuatu yang pasti akan datang menghampiri kita dengan membaca cuplikan tulisan dari Harun Yahya, seorang penulis besar yang karya - karya diakui dunia... semoga bermanfaat.

Mampukah Kematian Membuat Manusia Berpikir

Sepanjang sejarah, manusia telah berhasil mengatasi berbagai masalah hidup yang terkadang nampak berat. Namun kematian tetap merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan. Setiap yang hidup di muka bumi ini dengan tujuan apa pun, pasti akan mati. Manusia hanya diberi usia tertentu dan kemudian akan mati. Ada yang mati ketika masih muda, bahkan saat masih bayi. Ada yang melalui beberapa fase dalam hidupnya dan menemui kematian setelah usianya bertahun-tahun. Bahkan seorang manusia yang memiliki segalanya baik itu tanah, kekayaan, kedudukan, popularitas, kemuliaan, kepercayaan maupun ketampanan tak akan dapat menghindari kematian. Tanpa kecuali, semua manusia tak berdaya ketika menghadapi datangnya kematian sebagai suatu kepastian.

Ada fakta-fakta tentang alam baka dan hari perhitungan, yang juga didukung oleh kesaksian orang-orang yang hidup setelah mengalami kematian. Kembalinya seseorang setelah dinyatakan mati secara medis (mati suri) telah membawa orang yang mengalaminya melihat betapa tak berartinya tubuh manusia, melalui fakta-fakta tertentu yang disaksikannya. Kematian yang dinyatakan secara medis dan pemakaman akan menanti tiap-tiap kita, oleh karenanya seharusnyalah kita merenungkannya.

Saat kematian terjadi, jiwa terpisah dengan raga meninggalkan tubuh yang tanpa daya. Seperti halnya makhluk hidup yang mengganti kulit mereka, ia meninggalkan kulit luarnya dan berproses menuju kehidupan sebenarnya

Namun, cerita tentang tubuh manusia yang tetap tertinggal di dunia kadang lebih penting, terutama apa saja yang terjadi dengan tubuh tersebut, daripada mempertanyakan apa itu pantas terjadi pada tubuh manusia….

Apakah Anda pernah berpikir secara detail tentang apa yang terjadi pada tubuh seseorang ketika ia mati?

Suatu saat kita akan mati. Mungkin dengan cara yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Mungkin saat di toko untuk membeli makanan, sebuah mobil menabrak kita. Atau, penyakit yang sangat fatal mengakibatkan kematian kita. Atau sederhananya jantung kita akan berhenti berdetak tanpa alasan apapun.

Rabu, 10 Desember 2008

Ada Lafadz Allah di Darah Itu....



Tulisan ini sebenarnya sudah pernah aku posting Juni 2008 yang lalu, tapi karena waktu itu Blogku masih sepi pengunjung sehingga sangat sedikit yang baca tulisan ini, aku jadi ingin mempostingnya lagi, begini isi selengkapnya :

Aku pernah mendengar berita dari seorang sholeh yang aku temui. Beliau bercerita tentang informasi yang pernah dibacanya dari surat kabar. Berita tentang lafadz Allah yang tertera di sel darah manusia yang diamati dengan mikroskop yang canggih. Kurang begitu jelas ilmuwan siapa dan negara mana dia berasal.

Keimanan yang ada di hatiku sudah barang tentu menyakini informasi itu, bukankah di Al Qur’an juga disebutkan :”Kami lebih dekat padanya daripada urat lehernya,” hanya memang aku belum pernah melihatnya secara kasat mata …..

Nah, rupanya pada suatu waktu aku diberi kesempatan untuk melihat buktinya, walaupun dalam bentuk yang lain, bukti kebesaranNya, bukti yang menambah keimananku padaNya…. Dan semoga menambah keimanan anda semua yang membaca tulisanku ini….

Begini kisahnya…..
Empat tahun yang lalu, aku terpaksa harus terbaring di rumah sakit. Waktu itu HB (Haemoglobin) ku sudah drop sampai angka 6. Padahal HB normal orang dewasa sehat seumurku harusnya berada di angka 11 – 13, ada pendarahan di usus besarku….
Kata dokter yang merawatku, sebenarnya aku hampir terlambat dibawa ke rumah sakit, karena di HB yang cuma 6 napasku sudah tersengal – sengal, badanku sudah lemas dan sempoyongan, (mungkin) sebuah kondisi yang mendekati kematian…..

Kondisi itu menuntut dilakukan langkah penanganan cepat dan tepat. Bed rest total, obat, infus, pernapasanku harus pakai selang oksigen dan….. aku harus dapat transfusi darah!!

Transfusi darah!! ya, ini yang mengusik jiwaku, mengganggu pikiranku…. Terbersit ketakutan di otakku, tentang darah yang akan masuk ke tubuhku, darah siapa??? Mengandung virus HIV??? Hepatitis??? Atau virus penyakit menakutkan lainnya yang akan menulariku. Sejujurnya kutulis disini, bayangan itu menakutkanku….

Dan yang lebih fatal lagi, ada sebuah bayang – bayang ketakutan yang menambah bebanku….. Ketakutan kalau darah yang masuk ke tubuhku nanti bukan berasal dari orang yang seiman denganku….
Egois sekali aku!!! Sudah tak berdaya masih nawar macam – macam….

Memang….. ketakutan – ketakutan itu tampak naif dan serasa berlebihan…., karena apapun alasannya, teknologi kedokteran jaman sekarang sudah sangat maju, terlebih aku di rawat di rumah sakit yang cukup bagus di kotaku, oleh seorang dokter dengan jam terbang yang tinggi… Tapi, itulah fakta yang ada di pikiranku saat itu…

Ketakutan – ketakutan itu boleh terus membayangi jiwaku, tapi demi sebuah ikhtiar menuju kesembuhan, sebuah proses untuk memperpanjang kehidupan…Transfusi darah itu harus tetap dijalankan….

Transfusi itu serasa berjalan lambat dalam hitungan waktuku….Hitungan yang kulakukan seolah tertatih…, seiring dengan helaan napasku yang masih tersengal – sengal, di bawah belas kasihan selang oksigen yang membantu kehidupanku…

Kantong darah pertama…… lama berlalu, diselingi kantong cairan infus untuk membilas darah dari kantong pertama, kantong kedua pun masuklah. Dan proses itu kurasa mencekam dan lama berlalu….

Namun berkat dorongan semangat dari istriku, yang dengan setia menemaniku, (walaupun ada janin 6 bulan di rahimnya), semangat hidupku harus tetap dinyalakan. Ada seorang wanita setia dan seorang calon penerus generasiku yang masih memerlukan kehadiranku disisi mereka….. Ya ALLAH berikan aku kesembuhan..... Itulah doa yang selalu terngiang di hatiku saat itu..

Ketika kantong darah ketiga setetes demi setetes mulai memasuki tubuhku, dan tinggal menyisakan ± sepertiga isinya, seperti ada yang mengarahkan pandanganku untuk lebih seksama mengamati kantong itu, dan…. Masya Allah!!!! sisa darah yang menempel di kantong itu membentuk lafadz ALLAH….

Tidak yakin dengan pandanganku, kuminta istriku untuk mengamati kantong itu, kuminta suster yang merawatku untuk mengamatinya …. Dan semuanya takjub atas apa yang mereka lihat…..
Mengutip salah satu sequel dialog di novel ayat – ayat cinta yang terkenal itu, “ Allah sedang bicara padaku melalui penyakit yang diberikanNya padaku…. melalui transfusi darah yang masuk tubuhku…” ALLAHU AKBAR!!!

Dan selanjutnya, proses transfusi itu menjadi serasa ringan, proses pengobatan di rumah sakit bukan lagi suatu yang memberatkan dan jalan menuju kearah kesembuhan seolah terbuka lebar…..

Pada awalnya, saya ingin foto darah itu menjadi koleksi pribadi saya dan keluarga, tapi sejalan dengan berubahnya waktu saya ingin berbagi kepada anda semua, pembaca tulisan saya di BLOG ini… semoga bisa menambah keimanan kita semua….



Selamat Membaca Semoga Berkesan....